Sabtu, 19 Disember 2009

PALUE : PANGGILAN MEMAKNAI HIDUP DAN PANGGILAN DALAM TERANG SEMANGAT MISI SANG MISIONARIS SULUNG SVD (sebuah goresan lepas tentang pengalaman misi tri

Oceph Namang

”Saudara-saudaraku terkasih! Tuhan Allah telah berkenan memilih orang-orang yang lemah untuk menjadi alat-alat-Nya. Karena belaskasihanNya yang tak terhingga,saya berharap agar dapat memperoleh suatu anugerahNya yang saya sama sekali tidak layak menerimanya.Berdasarkan kebaikanNya yang tak terselami,sang Gembala ilahi telah mengundang saya untuk bersama-sama dengan Dia pergi ke daerah yang jauh dan asing, serta mendampingiNya dalam mencari domba-domba yang tersesat. Jadi sekarang bagaimana saya dapat berbuat yang lain daripada menyambut dan mengecup tangan-Nya dan berkata bersama Kitab Suci; Lihatlah ya Tuhan saya datang dan bersama Abraham saya akan meninggalkan rumah kelahiranku,tanah air dan para kekasihku. Saya akan pergi menuju tanah yang akan ditunjuk oleh Tuhan kepadaku...”(J.Freinademetz, khotbah 11.08.1878).
Kutipan khotbah sang misionaris sulung SVD ini,menunjukkan demikian besar cintanya terhadap misi yang diembaninya.Karena cintanya yang demikian besar pada misi yang dipercayakan kepadanya, ia rela meninggalkan tanah airnya dan pergi ke tanah misi bahkan untuk selamanya. Lebih lanjut,konstitusi SVD no.516 $.1 menegaskan bahwa para mahasiswa hendaknya mendapat kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan praktis. Kutipan konstitusi ini mau menegaskan betapa pentingnya mengalami pengalaman-pengalaman praktis. Pengetahuan yang diperoleh melalui kuliah dan membaca buku tidaklah cukup untuk mempersiapkan kita menjadi agen pastoral kelak. Seorang agen pastoral yang handal membutuhkan pengalaman praktis untuk menjadi dasar dan landasan bagi karya pastoralnya. Pengalaman ada dan hidup di tengah umat, adalah pengalaman yang sangat istimewah. Pengalaman ini sangat membantu proses pembinaan dan pembentukan diri dan kepribadian kita sebagai calon agen pastoral. Mengapa sangat penting dan berguna?
Menjadi misionaris bukanlah suatu hal yang mudah, tapi butuh suatu proses yang panjang dan berkelanjutan. Kesempatan-kesempatan semacam ini merupakan suatu ajang latihan bagi untuk mempersiapkan dan mematangkan kepribadian demi tugas dan karya pelayanan pastoral yang bakal diembani kelak.Atas kesadaran ini, maka kegiatan sacam ini perlu ditanggapi dengan antusiasme yang tinggi dan berusaha untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan seabaik mungkin. Bermisi di daerah-daerah sulit kadang membuat orang takut dan cemas untuk menerimanya. Ketika ditawarkan untuk bermisi di Palue awalnya perasaan ini pun muncul dalam diri. Akan tetapi berkat dorongan rasa ingin tahu yang tinggi, akhirnya tawaran ini pun diterima dengan senang hati. Sebagaimana biasanya ketika seseorang hendak masuk dan hidup bersama di suatu tempat baru tentunya memiliki kecemasan tersendiri. Perasaan serupa pun terus menghantui dan menyelimuti diri.
Semuanya seakan berputar 180 derajad ketika kami menjejakkan kaki di pulau Palue nan indah itu. Kecemasan yang menyelimuti kalbu berubah menjadi kegembiraan yang mendalam. Dengan keaslian aku disambut dan diterima bak rumah sendiri. Keramahan dan kebaikan hati umat membuatku mengerti apa artinya cinta kasih kepada sesama.
Berbicara tentang Palue, pasti setiap orang yang pernah menjejakan kaki di sana selalu mempunyai kesan tersendiri. Bagiku ini merupakan sebuah pengalaman yang indah dan menarik? Mengapa demikian? Alasannya adalah bahwa dengan keadaan alam yang demikian sulit masyarakat terus berusaha mempertahankan hidup mereka. Mereka berjuang sungguh-sungguh untuk memanfaaatkan setiap sumber daya alam yang ada dengan sebaik mungkin meskipun bagi kebanyakan orang ada begitu banyak kekurangan yang masih dialami. Akan tetapi, bagi masyarakat asli semua yang telah disediakan alam Palue itu sudah cukup untuk hidup. Selain situasi alam yang cukup menantang yang dihadapi dengan gembira hati oleh masyarakat setempat, ada juga hal-hal menarik lainnya. Masyarakat Palue juga terkenal dengan keseriusan dalam menghayati budaya kekristenan, bahkan boleh dibilang cukup “fanatik”. Hal ini menyata dalam masyarakat dimana masyarakat tidak menghendaki dan menerima kehadiran agama ataupun aliran kepercayaan lain ke tengah mereka. Ini menunjukkan bahwa tradisi kekristenan sangat mengakar dalam setiap pribadi. Dan juga menyata dalam kehidupan doa di mana mereka selalu aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan rohani seperti doa, katakese, dll.
Masyarakat Palue juga sangat menjunjung tunggi hospitalitas terhadap tamu. Sikap hospitalitas yang tinggi ini membuat setiap orang yang berkunjung ke sana merasa at home karena diterima dan dihargai. Keramahan dan keceriahan masyarakat dalam menerima setiap orang yang datang membuat setiap orang merasa bahaga dan ingin untuk tinggal lebih lama lagi. Pengalaman ini menyadarkan aku bahwa menjadi seorang misionaris harus butuh pengorbanan. Ada begitu banyak tantangan dan kesulitan yang telah menanti dengan diam, akan tetapi hanya satu keyakinanku Tuhan pasti selalu menyertaiku. Sang misionaris sulung Serikat Sabda Allah telah memberikan teladan hidup yang sangat mendalam. Dalam situasi yang demikian sulit pada waktu itu di China, ia tak pernah mengeluh dan menyerah untuk mewartakan Sabda Allah. Ia begitu setia dan tabah dalam mengemban dan menjalankan misinya. Dan pada akhirnya, ketabahan dan kesetiaannya ini membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Akhirnya dalam terang semangat misi sang misionaris sulung SVD, aku dipanggil untuk mengeemban misiku saat ini dan di tempat ini pula. Kalo bukan sekarang, kapan lagi????????

Tiada ulasan:

Catat Ulasan