Sabtu, 19 Disember 2009

Suara Redaksi Edisi Polemik Budaya

Hubungan Indonesia dengan Malaysia akhir-akhir ini tampak semakin memanas. Intervensi wilayah sekitar perbatasan laut oleh Angkatan Laut Diraja Malaysia, kekalahan Indonesia atas kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan di Mahkamah Internasional, penganiayaan sejumlah TKI oleh beberapa oknum warga Malaysia, klaim obyek seni dan budaya Indonesia oleh pihak Malaysia dalam rangka promosi wisata kunjungan ke sana, dan yang terakhir adalah pelecehan lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh pihak yang tidak dikenal, adalah sederetan fakta-fakta yang menunjukkan ada upaya terencana dan sistematis untuk memperburuk hubungan kedua negara.
Menanggapi berbagai permasalahan ini, arek-arek Arnoldus tidak hanya tinggal diam. Pelbagai pikiran pun dituangkan sebagai bentuk rasa cinta terhadap budaya Indonesia. Di atas dinding ini bergantungan ide-ide tentang polemik budaya antara kedua negara yang hidup berdampingan. Ada yang menuangkan kekesalan terhadap pihak Malaysia, tetapi ada pula yang mengajak kita semua untuk berbenah dan berkaca ke dalam diri, sejauh mana kita telah menjaga dan melestarikan budaya kita. Polemik yang terjadi justru mengindikasikan bahwa kita lengah dalam usaha menjaga dan melesatrikan budaya.
Edisi madding kali ini hampir semuanya dituangkan dalam bentuk opini. Para penulis ingin secara langsung dan tajam menyampaikan sikap mereka dalam kaitan dengan polemic budaya ini. Hal ini bukan bermaksud mengesampingkan bentuk tulisan lain seperti cerpen, puisi, karikatur, dan lain sebagainya. Beberapa opini yang ditampilkan di sini, sengaja diangkat untuk memberikan ruang pemahaman bagi pembaca sekalian untuk lebih mengerti secara jelas dan tajam perihal polemi budaya ini.
Akhirnya, Pernah suatu kali ketika sedang duduk di taman, Agustinus muda yang kemudian dibaptis menjadi santo kota Milan mendengar suara “tole lege” (bangun dan membacalah). Kini kami menyarankan nasihat yang sama untuk anda sekalian. Selamat membaca!

Rukhe Woda

Tiada ulasan:

Catat Ulasan